
Ruteng, 4 Mei 2025 – Desa Wae Rebo di Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur, kembali menarik perhatian dunia. Tidak hanya menawarkan keindahan alam, desa ini juga melestarikan budaya leluhur secara autentik. Baru-baru ini, The Spectator Index menempatkan Wae Rebo sebagai desa kecil tercantik kedua di dunia, mengungguli desa-desa dari Jepang dan Swiss.
Daya Tarik yang Sulit Dilupakan
Terletak di ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut, Wae Rebo dikelilingi hutan tropis dan pegunungan hijau. Untuk mencapai desa ini, wisatawan harus menempuh pendakian sekitar tiga hingga empat jam dari Desa Denge. Meski cukup menantang, perjalanan ini akan terbayar lunas saat tujuh rumah adat Mbaru Niang muncul di kejauhan, berdiri kokoh dalam formasi melingkar di tengah kabut pegunungan.
Selain pemandangannya yang menakjubkan, suasana desa yang tenang juga membuat pengunjung merasa seperti kembali ke masa lalu.
Budaya Lokal yang Terus Hidup
Wae Rebo tidak hanya cantik secara visual. Desa ini mempertahankan kehidupan tradisional masyarakat Manggarai dengan penuh semangat. Setiap rumah adat Mbaru Niang terdiri dari lima lantai yang memiliki fungsi berbeda—dari tempat tinggal hingga ruang pemujaan leluhur.
Lebih dari itu, masyarakat masih rutin mengadakan upacara adat Penti sebagai bentuk syukur atas hasil panen dan kehidupan yang damai. Mereka juga menampilkan tarian Caci dan permainan tradisional seperti Rangku Alu, yang memperkaya pengalaman wisata.
Apresiasi Dunia Internasional
Karena keberhasilannya melestarikan budaya, UNESCO memberi penghargaan “Top Award of Excellence” kepada Wae Rebo pada 2012. Sejak itu, desa ini kerap muncul dalam daftar destinasi wisata budaya terbaik di Asia Tenggara. Selain itu, pelancong dari berbagai negara memuji keramahtamahan warga dan kesungguhan mereka menjaga warisan nenek moyang.
Perjalanan yang Berkesan
Meskipun akses menuju Wae Rebo tidak mudah, pengalaman yang ditawarkan jauh lebih berharga. Wisatawan dapat menginap langsung di dalam Mbaru Niang, menikmati kopi Flores, dan merasakan hidup tanpa sinyal, internet, atau suara kendaraan bermotor.
Untuk yang mencari pelarian dari hiruk-pikuk kota, Wae Rebo menjadi pilihan sempurna. Tidak hanya memanjakan mata, desa ini juga menyentuh hati.