Reservasi : 0813-4222-2747
  • Home
  • Tempat Wisata Makassar
    • Pantai Apparalang
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Layanan Kami

anginmammiri.com

  • Home
  • Tempat Wisata Makassar
    • Pantai Apparalang
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Layanan Kami
SopirBerpengalaman
  • Home
  • Tempat Wisata Makassar
  • Archive from category "Tempat Wisata Makassar"
January 22, 2021

Category: Tempat Wisata Makassar

Wisata Tana Toraja

Saturday, 12 January 2019 by admin
Muslianshah Masrie / Shutterstock.com

10 Tempat Wisata di Tana Toraja Ini Bikin Makin Cinta Indonesia

tempat-wisata-di-tana-toraja

Elena Mirage / Shutterstock.com

Wisata Tana Toraja – Rental Mobil Makassar

Angin Mammiri – Toraja atau yang dikenal juga dengan Tana Toraja merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan. Keeksotisan wilayah dan budaya yang dimiliki Tana Toraja membuat nama Tana Toraja telah bergaung sampai ke kancah internasional.

Tana Toraja terkenal dengan masyarakatnya yang memiliki kepercayaan, aturan, serta ritual tradisi yang cukup ketat. Menurut mitos yang telah diceritakan secara turun-temurun, nenek moyang asli masyarakat Toraja dipercaya berasal dari surga dan turun langsung ke bumi dengan menggunakan tangga. Tangga inilah yang kemudian berfungsi sebagai media komunikasi antara nenek moyang dengan Puang Matua (Tuhan dalam kepercayaan masyarakat Toraja).

Sebagai bentuk pelestarian tradisi dan penghormatan terhadap nenek moyangnya, masyakarat Tana Toraja memiliki beberapa upacara dan ritual adat yang masih dipertahankan dan rutin diselenggarakan hingga kini. Upacara adat tersebut di antaranya yang paling terkenal adalah Tradisi Ma’nene. Selain itu, Tana Toraja juga memiliki bangunan adat yang disucikan dan kerap digunakan untuk pelaksanaan upacara tertentu seperti Kete Ketsu dan Museum Ne’ Gandeng.

Untuk menuju Tana Toraja, diperlukan waktu kurang lebih sekitar 8 jam dari Kota Makassar melalui jalur darat. Anda dapat membeli tiket pesawat langsung menuju Kota Makassar dengan tujuan pendaratan di Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin. Dari bandara, Anda bisa naik DAMRI untuk menuju terminal bus setempat yang menyediakan jalur menuju Tana Toraja.

Biasanya, para wisatawan baik wisatawan lokal maupun mancanegara mengunjungi Tana Toraja sekitar bulan Desember. Pasalnya, pada bulan Desember, di Tana Toraja banyak digelar berbagai festival pertunjukan budaya, upacara adat, serta tur wisata.

Pastikan 30 hari sebelumnya Anda sering memantu situs Reservasi.com untuk mendapatkan tiket murah pesawat terbang ke Toraja.

Nah, penasaran dengan keeksotisan budaya, adat, dan tradisi di Tana Toraja yang telah mendunia? Berikut ini akan diulas 10 destinasi wisata di Tana Toraja yang akan membuat Anda makin cinta Indonesia. Simak, ya!

1. Tradisi Ma’nene

Muslianshah Masrie / Shutterstock.com

Muslianshah Masrie / Shutterstock.com

Salah satu tradisi khas Tana Toraja yang telah menjadi destinasi wisata tradisi populer bagi turis lokal maupun mancanegara adalah tradisi Ma’nene. Tradisi Ma’nene merupakan tradisi mengenang leluhur dengan cara membersihkan dan menggantikan baju mayat para leluhur masyarakat Tana Toraja. Tradisi ini secara khusus dilakukan oleh masyarakat Baruppu yang tinggal di pedalaman Toraja Utara.

Bagi masyarakat di wilayah Baruppu, mayat atau jenazah kerabat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari anggota keluarga yang masih hidup. Selain itu, Masyarakat Baruppu memiliki kepercayaan bahwa meskipun secara jasad telah meninggal, arwah para leluhur tetap “hidup” dan mengawasi keturunannya dari alam lain.

Oleh karena itu, setiap 3 tahun sekali atau sekitar bulan Agustus saat telah lewat masa panen, dilakukan “pembersihan” terhadap mayat atau jenazah kerabat mereka. Caranya adalah dengan mengeluarkan “mumi” jenazah dari dalam peti untuk dibersihkan dan digantikan pakaiannya dengan pakaian yang baru. Tidak hanya dipakaikan pakaian baru, mayat para leluhur ini juga didandani dengan rapi selayaknya orang yang akan menghadiri sebuah pesta.

Peti berisi jenazah para leluhur ini dikeluarkan dari dalam liang gunung batu. Kemudian, jenazah leluhur yang berada di dalam peti juga dikeluarkan sambil diiringi dengan pembacaan doa-doa dalam bahasa Toraja Kuno. Setelah dikeluarkan, mayat tersebut diangkat dan dibersihkan mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan menggunakan kain bersih.

Setelah dibersihkan, mayat tersebut didandani, dipakaikan baju baru, lalu didirikan. Keluarga mayat tersebut biasanya memangku, mendirikan, dan menjaga mayat agar tidak menyentuh dasar tanah karena hal itu merupakan pantangan dalam tradisi ini.

Uniknya, mayat para leluhur masyarakat Toraja ini bisa berdiri dengan tegak dan berjalan layaknya masih hidup, lho. Hal tersebut diyakini bisa terjadi karena doa-doa dan mantra-mantra yang dipanjatkan para tetua dan pemimpin tradisi sebelum tradisi dimulai.

Jangan coba-coba menyentuh mayat yang sedang berdiri atau berjalan. Jika mayat yang sedang berdiri atau berjalan ini terkena sentuhan, efek mantra atau hipnotisnya akan hilang dan mayat tersebut akan terjatuh. Selain itu, orang yang menyentuh mayat tersebut hingga jatuh adalah orang yang wajib membangunkan mayat itu kembali ke posisi semula. Para wisatawan yang hadir dalam tradisi ini biasanya akan diingatkan secara keras oleh para tetua adat yang memimpin tradisi ini.

Lalu, ke manakah mayat-mayat ini berjalan? Masyarakat Tana Toraja percaya bahwa mayat-mayat leluhur ini akan berjalan pulang ke rumahnya masing-masing. Ketika sampai di rumah, mayat-mayat ini akan berbaring seperti sedia kala.

Untuk budaya unik yang satu ini, kita patut berbangga. Pasalnya, kebanyakan wisatawan mancanegara sangat tertarik untuk melihat tradisi “mumi” yang seringkali dianggap mustahil ini. Konon katanya, seperti melihat serial The Walking Dead di dunia nyata!

Jika ingin melihat langsung tradisi ini, pastikan Anda datang ke Tana Toraja sekitar bulan Juli—Agustus. Anda juga disarankan untuk melakukan persiapan dengan matang salah satunya adalah tiket pesawat. Pesan tiket pesawat menuju Kota Makassar dari jauh-jauh hari agar Anda mendapatkan harga tiket murah. Pesan tiket di sini.

2. Upacara Rambu Solo

Muslianshah Masrie / Shutterstock.com

Destinasi wisata tradisi lainnya yang tidak kalah populer di Tana Toraja adalah Upacara Rambu Solo. Jika tradisi Ma’nene merupakan ritual “pembersihan” jenazah para leluhur, lain halnya dengan Upacara Rambu Solo yang merupakan ritual penguburan khusus bagi orang-orang yang telah meninggal.

Tana Toraja memang terkenal sebagai salah satu daerah di Indonesia yang masih memiliki kepercayaan kuat terhadap hal-hal gaib dan mistis. Oleh karena itu, masyarakat Tana Toraja memiliki banyak kebudayaan dan tradisi yang berkaitan dengan mayat, arwah, atau hal-hal mistis lainnya. Hal inilah yang kemudian menjadi daya tarik bagi para wisatawan baik lokal maupun mancanegara untuk mengunjungi Tana Toraja.

Baca juga 3 Perayaan Festival Indonesia

Bagi masyarakat Tana Toraja, orang-orang yang telah meninggal dianggap seperti orang yang sedang sakit. Atas dasar kepercayaan tersebut, mereka yang telah meninggal masih terus dirawat dan diperlakukan layaknya orang yang hidup salah satunya dengan disediakan makanan dan minuman, rokok, sirih, dan beragam sesajen lainnya.

Masyarakat Tana Toraja memiliki kepercayaan bahwa orang yang telah meninggal harus diberikan upacara penguburan yang layak dengan aturan-aturan tertentu. Tanpa dilakukannya upacara penguburan Rambu Solo, konon arwah orang yang meninggal tersebut akan memberikan bencana dan kemalangan bagi orang atau kerabat yang ditinggalkannya.

Upacara Rambu Solo merupakan upacara penguburan yang terdiri atas rangkaian kegiatan yang cukup banyak, membutuhkan biaya yang besar, serta persiapan yang berbulan-bulan lamanya. Selama menunggu persiapan upacara ini, jenazah orang yang telah meninggal tidak dikuburkan melainkan disimpan di rumah leluhur (Tongkonan) dengan dibungkus kain terlebih dahulu.

Salah satu ciri khas dari upacara ini adalah adanya kegiatan wajib memotong kerbau dan babi dengan jumlah yang ditentukan tetua adat. Biasanya, semakin kaya dan tinggi pangkat seseorang di Toraja, biaya upacara pemakaman yang dikeluarkan pun akan semakin mahal.

Jika orang yang meninggal berasal dari kalangan bangsawan, keluarga bangsawan tersebut harus mengadakan upacara Rambu Solo dengan memotong kerbau dan babi sekitar 24 sampai dengan 100 ekor. Satu di antara sekian jumlah kerbau tersebut harus merupakan kerbau belang yang terkenal memiliki harga sangat fantastis sekitar 500 juta hingga 1 miliar.

Hal yang unik sekaligus menegangkan dari upacara ini adalah kerbau-kerbau yang menjadi kurban tersebut tidak dipotong selayaknya hewan ternak, melainkan dipotong dengan satu kali tebasan sebilah parang tajam pada lehernya. Kerbau pun akan langsung mati terkapar sesaat setelah tebasan parang itu.

Mengapa harus kerbau? Masyarakat Tana Toraja memiliki kepercaaan bahwa arwah dari orang yang telah meninggal membutuhkan kerbau untuk melakukan perjalanan menuju Puya atau alam akhirat. Semakin banyak kerbau yang disembelih, semakin cepat juga arwah tersebut akan sampai ke Puya.

Upacara Rambu Solo biasanya berlangsung selama berhari-hari sekitar 2—3 hari dan dimulai pada saat siang hari. Untuk kalangan bangsawan, biasanya upacara ini berlangsung hampir 2 minggu lamanya. Kegiatan lain dalam upacara ini selain pemotongan kerbau adalah menyiapkan kuburan bagi jenazah yang akan dikuburkan.

Kuburan tersebut dibuat di bagian atas tebing bukit batu yang tinggi. Masyarakat Tana Toraja percaya bahwa semakin tinggi jenazah diletakkan, akan semakin cepat juga arwah jenazah tersebut sampai ke surga atau nirwana.

Upacara ini juga dilengkapi dengan iringan musik, nyanyian, lagu-lagu, puisi, dan lain sebagainya. Selama upacara berlangsung, jenazah orang yang telah meninggal tetap disimpan di rumah leluhur (Tongkonan). Arwah jenazah ini dipercaya masih berada di desa atau di sekitar tempat tinggalnya sampai upacara selesai. Setelah upacara selesai, jenazah baru akan dikuburkan di kuburan yang telah dipersiapkan. Saat itulah masyarakat Tana Toraja percaya bahwa arwah dari jenazah tersebut akan memulai perjalanan menuju Puya.

Bagi Anda yang ingin menyaksikan langsung upacara ini, Anda disarankan untuk menghubungi travel agent yang menyediakan wisata ke Toraja dengan daftar Upacara Rambu Solo sebagai salah satu destinasinya. Pasalnya, upacara ini tidak berlangsung dalam kurun waktu yang rutin, melainkan baru diadakan ketika ada salah satu warga Toraja yang meninggal. Biasanya, travel agent memiliki link khusus yang akan memberikan informasi kapan upacara Rambu Solo di Tana Toraja diselenggarakan.

Jika Anda tidak ingin menggunakan travel agent, silakan berpergian ke Tana Toraja ala backpacker-an. Naluri atau instinct Anda diperlukan di sini. Jika beruntung, Anda akan sampai ke Tana Toraja tepat saat upacara Rambu Solo berlangsung. Selamat mencoba! Jangan lupa, pesan tiket pesawat murah ke Toraja di sini.

3. Kete Kesu

Kete Kesu

Beralih dari destinasi wisata tradisi, Tana Toraja juga memiliki destinasi wisata alam yang tidak kalah uniknya yaitu Kete Kesu. Kete Kesu merupakan kawasan desa wisata di Kabupaten Toraja Utara yang terletak sekitar 4 km di sebelah tenggara Ratenpao.

Desa yang telah menjadi objek wisata ini berada di kawasan perbukitan serta persawahan sehingga pemandangan alam yang dihadirkan pun sangat hijau dan asri. Di Desa Kete Kesu terdapat sebuah kompleks rumah adat Toraja yang disebut Tongkonan. Tongkonan inilah yang seringkali menjadi tempat penyimpanan sementara bagi jenazah yang telah dibungkus kain sebelum dikuburkan.

Selain itu, di bagian atas tebing bukit Kete Kesu, terdapat kuburan batu yang merupakan peninggalan purbakala yang diperkirakan telah berusia ratusan tahun. Di Toraja, peti mati tempat menyimpan jenazah biasanya diletakkan di gua-gua batu tertentu tanpa dikubur di dalam tanah. Oleh karena itu, tak jarang juga peti mati juga sekaligus dianggap sebagai makam.

Di tebing paling atas, terdapat kuburan batu sekaligus peti mati yang menyerupai perahu. Di kuburan berupa perahu ini terdapat tengkorak-tengkorak dan tulang-tulang manusia yang telah meninggal puluhan hingga ratusan tahun lalu. Di beberapa titik tebing, terdapat juga aneka sesajen yang terdiri atas rokok dan berbagai makanan serta minuman. Konon, sesajen yang disajikan di kuburan-kuburan ini berisi kudapan yang disukai oleh orang yang telah meninggal tersebut semasa hidupnya.

Turun ke bagian bawah tebing, Anda akan menemukan makam-makam yang berbentuk rumah dengan ukuran sangat besar. Di depan makam ini diletakkan patung manusia yang dibuat menyerupai orang yang meninggal. Biasanya, orang-orang yang meninggal yang dikuburkan ke dalam makam jenis ini adalah orang-orang yang berasal dari kalangan tertentu di Toraja.

Di sepanjang dinding tebing menuju ke bagian bawah, terdapat juga makam yang ditutupi dengan jeruji besi. Di dalam makam yang ditutupi oleh jeruji besi ini terdapat patung-patung jenazah dari anggota keluarga tertentu. Selain itu, biasanya harta benda keluarga jenazah itu juga dimasukkan ke dalam makam berjeruji tersebut. Oleh karena itu, jeruji besi dipasang dengan tujuan untuk mencegah terjadinya pencurian patung maupun harta benda milik jenazah tersebut.

Selain berbentuk perahu dan berbentuk lubang di tebing, ada juga makam sekaligus peti mati yang dipahat dan diukir rapi berbentuk kerbau dan babi. Peti mati yang berbentuk kerbau biasanya diperuntukkan bagi jenazah laki-laki, sedangkan peti mati yang berbentuk babi biasanya diperuntukkan bagi jenazah perempuan.

Beralih dari kemistisan makam dan peti mati, di wilayah Kete Kesu ini juga tersedia deretan toko souvenir khusus yang menjajakan oleh-oleh khas Tana Toraja. Salah satu oleh-oleh khas Tana Toraja yang paling terkenal adalah ukiran kayu dengan berbagai motif. Motif yang melekat pada ukiran kayu ini biasanya adalah motif hewan dan tanaman yang melambangkan kebaikan dan kesejahteraan.

Puas berkeliling Kete Ketsu, jangan lupa mampir berbelanja di toko-toko souvenir ini. Dijamin, liburanmu ke Tana Toraja akan semakin berkesan!

4. Londa

Elena Mirage / Shutterstock.com

Masih seputar makam khas yang ada di Toraja, kali ini Tana Toraja memiliki Londa yaitu sebuah kompleks makam yang terletak di sebuah tebing batu. Londa telah menjadi salah satu objek wisata di Tana Toraja yang wajib Anda kunjungi. Katanya, belum ke Toraja kalau tidak berkunjung ke Londa. Wow, menarik, ya?

Londa terletak kurang lebih sekitar 7 km di selatan Kota Rantepao. Kota Rantepao sendiri merupakan kota yang menjadi pusat pariwisata serta akomodasi bagi para wisatawan yang datang ke Tana Toraja. Letaknya yang strategis ini membuat Londa dapat dikunjungi dengan berbagai jenis transportasi seperti ojek, bemo, atau pun mobil sewaan.

Letaknya yang dikelilingi pegunungan membuat suasana di sekitar Londa menjadi sejuk dan cenderung agak dingin. Ketika memasuki area Londa, Anda akan merasakan nuansa yang berbeda. Perpaduan antara nuansa mistis dan cuaca yang sejuk cenderung dingin.

Di sepanjang tebing yang ada di kompleks pemakaman Londa, terdapat gua-gua atau lubang-lubang yang memang sengaja dibuat dan dipahat untuk meletakan peti mati yang berisi jenazah. Tidak sembarang peti mati berisi jenazah dapat diletakan di dalam gua yang ada di Londa ini. Biasanya, pengaturan penempatan peti mati disesuaikan dengan garis keluarga.

Uniknya, di setiap gua atau lubang yang ada di tebing batu diletakkan sederet patung kayu yang disebut Tau-Tau. Deretan patung kayu ini bukan merupakan patung biasa melainkan patung yang dipahat dan diukir sedemikian rupa agar menyerupai orang yang telah meninggal yang diletakkan di dalam gua tersebut.

Proses ukir dan pahatnya pun tidak sembarangan. Setiap detail wajah orang yang telah meninggal juga turut diperhatikan misalnya garis kerut atau kendur yang ada pada wajah. Tidak hanya itu, kayu yang dipilih untuk dijadikan patung pun merupakan kayu nangka yang berwarna kuning dan mendekati warna kulit manusia. Deretan patung ini seolah-olah menjadi “penjaga” gua makam sekaligus representasi dari identitas jenazah yang umumnya terletak di batu nisan.

Di sekitar deretan Tau-Tau juga terdapat peti-peti mati atau yang biasa disebut erong yang posisinya disangga oleh kayu-kayu. Dengan disangga oleh kayu, peti-peti mati yang lokasinya berada di atas tebing yang curam ini akan aman dan tidak jatuh. Peti-peti mati inilah yang disebut sebagai makam gantung.

Bagi masyarakat Tana Toraja, peti mati atau erong yang dimakamkan dengan cara digantung ini adalah peti khusus bagi kaum bangsawan dan kaum terhormat yang meninggal. Tingginya letak penempatan peti mati di tebing disesuaikan dengan tingkat jabatan atau derajat kaum bangsawan tersebut. Semakin tinggi derajat atau jabatan bangsawan yang meninggal tersebut, akan semakin tinggi juga letak petinya ditempatkan di tebing batu.

Sesuai kepercayaan masyarakat Tana Toraja, semakin tinggi letak makam atau kuburan jenazah, akan semakin cepat juga arwaah dari jenazah tersebut sampai ke surga atau nirwana. Tertarik untuk melihat langsung kompleks makam Londo di Toraja? Persiapkan diri Anda, ya!

5. Batutumonga

Ingin berkunjung ke negeri di atas awan? Datanglah ke Batutumonga di Tana Toraja. Batutumonga merupakan wilayah yang berlokasi di lereng Gunung Sesean atau berjarak sekitar 24 km dari Kota Rantepao.

Gunung Sesean sendiri merupakan gunung tertinggi yang ada di Tana Toraja. Belum sampai ke puncak Gunung Sesean, cukup di area lereng gunung tepatnya di Batutumonga, Anda sudah bisa melihat keseluruhan Tana Toraja yang keindahannya sempurna.

Dari Batutumonga, Anda juga bisa melihat hamparan sawah yang luas yang bersatupadu dengan panorama puncak gunung, pepohonan, awan, matahari, serta kabut yang porsinya pas. Pas sempurna! Berada di Batutumonga akan membuat Anda percaya bahwa negeri di atas awan bukanlah sebuah dongeng belaka.

6. Bori Parinding dan Pohon Tarra

Berbicara soal Tana Toraja selalu tidak bisa lepas dari keunikan jenis makamnya. Masih di wilayah Batutumonga, tepatnya di lereng Gunung Sesean, terdapat juga makam-makam batu kuno salah satunya yang populer adalah Bori Parinding.

Bori Parinding berlokasi di Kecamatan Sesean dan Lo’ko Mata di Kecamatan Sesean Suloara. Bori Parinding merupakan sebuah kompleks pemakaman kuno yang telah digunakan sejak tahun 1717. Tidak semua jenazah dapat dimakamkan di Bori Parinding. Hanya keluarga bangsawan yang merupakan keturunan Ramba saja yang jasadnya bisa dimakamkan di kompleks pemakaman kuno ini.

Keunikan Bori Parinding yang tidak dimiliki kompleks makam batu lainnya adalah adanya batu-batu menhir berukuran raksasa yang diletakkan di depan Bori Parinding. Batu-batu menhir tersebut akan difungsikan sebagai tiang untuk mengikat kerbau, anoa, babi, dan sapi yang akan disembelih saat upacara pemakaman Rambu Solo dilangsungkan.

Di Bori Parinding, ada juga makam khusus yang diperuntukkan bagi bayi yang meninggal. Uniknya, makam ini tidak berada di tebing batu selayaknya komplek makam khas di Tana Toraja, melainkan berada di sebuah pohon. Pohon Tarra namanya. Area tempat pohon Tarra berada diberi nama Passiliran atau Kambira Baby Grave. Padanan nama dalam bahasa asing ini sengaja diberikan karena area tempat pohon tarra telah dijadikan salah satu objek wisata di Tana Toraja.

Apabila bayi yang merupakan anak dari warga Tana Toraja meninggal, jenazahnya akan ditanam di dalam tubuh pohon Tarra. Tidak semua jenazah bayi dapat dikuburkan di pohon ini melainkan hanya bayi yang giginya belum tumbuh. Pasalnya, menurut kepercayaan masyarakat Tana Toraja, bayi yang belum tumbuh gigi dianggap masih suci.

Pohon Tarra sendiri memiliki diameter sekitar 80 cm dan diperkirakan telah berusia ratusan tahun. Pada pohon ini terdapat beberapa ijuk yang berasal dari pohon enau yang menempel di batang pohon Tarra.

Jika ada bayi yang meninggal, di pohon ini akan dibuat lubang yang akan dijadikan makam bagi jenazah bayi tersebut. Kemudian, setelah jenazah bayi diletakkan, lubang akan ditutup dengan ijuk yang ada di batang-batang pohon Tarra.

Ada sebuah kepercayaan tersendiri yang dianut masyarakat Tana Toraja perihal penguburan jasad bayi di pohon Tarra. Mereka percaya bahwa dengan menguburkan bayi di dalam pohon Tarra, bayi tersebut seperti sedang dikembalikan ke rahim ibunya. Mereka juga memiliki harapan agar bayi-bayi yang lahir kemudian dari rahim ibu si bayi yang meninggal akan selamat.

Selain itu, mengapa harus pohon Tarra? Pasalnya, pohon Tarra memiliki kandungan getah berwarna putih yang besar. Kandungan getah ini dianggap sebagai pengganti air susu ibu bagi bayi yang telah meninggal dan dikubur di pohon Tarra.

Unik, ya? Cuma di Indonesia, lho.

7. Ranteallo

Ingin melihat sendiri kerbau belang yang bernilai fantastis hingga 1 miliar? Datanglah ke Ranteallo saat berkunjung ke Tana Toraja. Di Ranteallo, terdapat kompleks rumah adat Toraja yang posisinya saling berhadap-hadapan.

Ranteallo sendiri sebenarnya merupakan wilayah yang terletak di Kecamatan Tallunglipu yang merupakan area perumahan warga. Di belakang rumah-rumah warga, terdapat kandang babi dan kerbau yang dipelihara secara khusus untuk diperjualbelikan jika ada warga yang akan menyelenggarakan upacara adat.

Babi yang dipelihara di Ranteallo ini memiliki berat yang bervariasi. Ada pula babi yang memiliki berat sekitar 200 kilogram dan dihargai sekitar Rp 15 juta. Tidak hanya babi, Anda juga bisa menjumpai kerbau belang di sini.

Kerbau belang merupakan salah satu jenis kerbau yang unik dan langka. Pasalnya, kerbau yang juga dikenal dengan nama Kerbau Tedong Saleko ini adalah jenis kerbau yang paling mahal dari semua jenis kerbau yang ada di Tana Toraja. Harga seekor kerbau belang bisa mencapai hingga 1 miliar rupiah. Kerbau Tedong Saleko ini memiliki warna kulit dasar yang putih namun bercampur dengan warna hitam di beberapa titik bagian badannya. Perpaduan warna putih dan hitam ini membuat kerbau ini terlihat belang. Selain itu, uniknya lagi, jika kerbau biasa memiliki bola mata berwarna hitam atau coklat, lain halnya dengan Kerbau Tedong Saleko atau kerbau belang. Kerbau ini memiliki bola mata yang berwarna putih dengan tanduk yang berwarna kuning keemasan.

Mengulik makna kerbau sebagai hewan yang cukup penting bagi masyarakat Tana Toraja, kerbau adalah binatang yang menjadi kebutuhan. Sekian banyak ritual dan upacara adat yang dimiliki masyarakat Tana Toraja, hampir seluruhnya membutuhkan kerbau sebagai hewan persembahan. Tidak heran jika harga kerbau di Tana Toraja bisa melonjak fantastis hingga 1 miliar rupiah.

Khususnya pada upacara kematian Rambu Solo, kerbau yang dikurbankan berjumlah mulai dari puluhan hingga ratusan. Jenis kerbau yang dikurbankan pun sekaligus menunjukkan status sosial warga yang mengurbankan. Kerbau jenis Tedong merupakan kerbau yang terkenal memiliki harga sangat fantastis dan biasa dipilih kalangan bangsawan untuk dikurbankan dalam upacara kematian Rambu Solo. Semakin tinggi status sosial seseorang di Tana Toraja, biasanya jumlah dan jenis kerbau yang dikurbankan juga semakin tinggi.

8. Museum Ne’ Gandeng

Beralih ke wisata sejarah, Anda wajib mengunjungi Museum Ne’Gandeng ketika berkunjung ke Tana Toraja. Museum Ne’ Gandeng berlokasi di Desa Palangi, Kecamatan Sa’dan Balusu, Toraja.

Museum ini adalah museum yang berada di bawah nanungan Yayasan Keluarga Besar Ne’ Gandeng. Ne’ Gandeng sendiri merupakan salah satu tetua atau leluhur di Tana Toraja yang telah meninggal pada 3 Agustus 1994 silam.

Sejarah terbentuknya museum ini bermula dari keluhuran budi Ne’ Gandeng semasa hidupnya. Ne’ Gandeng adalah pribadi yang sangat peduli dan memiliki perhatian yang lebih terhadap kehidupan masyarakat di sekitarnya. Bahkan, seperti dikutip dari Kompas Travel, menurut Petrus Pasulu yang merupakan anak bungsu Ne’Gandeng, Ne’ Gandeng sempat mengusulkan agar listrik bisa masuk desa dengan biaya dari hasil menjual kerbau.

Beberapa waktu kemudian, Ne’Gandeng wafat. Sebelum dibentuk sebagai museum, museum ini adalah tempat pelaksanaan prosesi pemakaman Ne’Gandeng. Kemudian, berangkat dari keluhuran budi Ne’ Gandeng sebagai salah satu tetua dan leluhur di Tana Toraja, munculah ide untuk membangun Museum Ne’ Gandeng sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur. Suku Toraja adalah salah satu suku di Indonesia yang sangat menghormati para leluhurnya.
Sejak saat itu, pembangunan museum terus berlangsung. Hingga kini, jika berkunjung ke Museum Ne’ Gandeng, Anda akan melihat pondok-pondok berbentuk rumah adat Toraja. Pondok ini memang sengaja dipersiapkan sebagai tempat beristirahat dan menginap bagi keluarga dan tamu yang datang berziarah ke makam Ne’Gandeng. Museum ini juga diperuntukkan bagi warga Tana Toraja yang juga ingin menggelar prosesi pemakaman bagi anggota keluarganya.

9. Pallawa

Jangan langsung menyelesaikan perjalanan usai berkunjung ke Museum Ne’ Gandeng. Datanglah ke Pallawa, Anda akan melihat langsung Tongkonan yang merupakan rumah leluhur tempat menyimpan jenazah warga Toraja sebelum dikuburkan.

Dari Kota Rantepao yang merupakan ibu kota Kabupaten Toraja, Anda perlu menempuh jarak sekitar 12 km untuk menuju Pallawa. Di Pallawa, terdapat barisan Tongkonan yang bangunannya berbentuk rumah adat Toraja dengan atap melengkung seperti perahu dan terdiri atas susunan bambu. Di bagian depan Tongkonan, terdapat beberapa tanduk kerbau yang telah dikeringkan dan disusun rapi.

Menengok ke bagian dalam Tongkonan, ada beberapa ruangan di antaranya adalah ruangan yang dijadikan kamar tidur, ruangan dapur, dan ruangan yang disediakan untuk menyimpan mayat atau jenazah selama prosesi pemakaman Rambu Solo berlangsung. Sementara itu, di bagian samping Tongkonan terdapat lumbung penyimpanan padi. Bagi Masyarakat Tana Toraja, rumah atau Tongkonan adalah lambang dari ibu sedangkan lumbung adalah lambang dari bapak karena bapak adalah sang pembuka lahan.

10. Air Terjun Sarambu Assing

Puas berwisata budaya dan sejarah di Tana Toraja, saatnya Anda merasakan kesegaran Air Terjun Sarambu Assing. Berlokasi di Lembang Patongloan, Kecamatan Bittuang, Kabupaten Tana Toraja, air terjun ini memiliki ketingggian sekitar 40 meter.

Sumber mata air dari air terjun ini berasal dari pegunungan dan hutan yang ada di sekeliling lokasi air terjun. Untuk mencapai lokasi air terjun ini juga tidak begitu sulit, bisa menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Cocok bagi Anda yang ingin merasakan nuansa berbeda dari Tana Toraja.

Sayangnya, objek wisata air terjun ini belum dikembangkan secara maksimal. Padahal, potensi yang dimiliki wilayah tempat air terjun ini berada sangat besar untuk diolah menjadi objek wisata yang menjanjikan. Misalnya saja dengan menambah kolam alam buatan, jalur tracking, jalur sepeda, hingga area berkemah. Dijamin, wisatawan lokal maupun mancanegara yang mengunjungi Tana Toraja akan berkali lipat jumlahnya.

wisata tana toraja
Read more
  • Published in Tempat Wisata Makassar
No Comments

Pantai Tanjung Bira

Friday, 11 January 2019 by admin

Keindahan Pantai Tanjung Bira Bulukumba

Rental Mobil Makassar

Pantai Tanjung Bira merupakan pantai berpasir putih yang sangat terkenal di Provinsi Sulawesi Selatan. Pantai dengan keindahan serta kenyamanannya membuat pantai ini terlihat bersih, rapi dan mempunyai air yang jernih. Karena keindahan dan kenyamanannya tersebut, Tanjung Bira terkenal di mancanegara. Banyak wisatawan asing dari berbagai negara sudah menyambangi objek wisata ini untuk mengisi acara liburan mereka.

Objek Wisata

Tanjung BiraKeindahan Pantai Tanjung Bira tidak diragukan lagi, di dalam kawasan pantai terlihat sangat bersih dan rapi serta tertata cukup baik. Pasir pantainya yang berbeda dari pasir pantai lainnya membuat Tanjung Bira sangat nyaman. Tekstur pasir yang lembut merupakan ciri dari Pantai Tanjung Bira. Pesona pantai dengan panorama alam pesisir pantai tropis yang terletak di ujung selatan Pulau Sulawesi. Pantai yang membujur dari sisi utara hingga selatan ini tampak sangat memukau siapa saja yang datang berkunjung. Jajaran pohon kelapa serta bukit karang yang tampak kokoh menjadikan pantai ini terlihat nyaman.

Beningnya Air Tanjung BiraDi kawasan pantai Sulawesi ini, para wisatawan dapat menghabiskan waktu liburnya dengan berenang, menyelam, snorkeling atau hanya sekedar berjemur menikmati segarnya angin yang berhembus. Pada saat pagi atau menjelang malam, wisatawan juga dapat melihat pesona matahari terbit dan terbenam dalam satu lokasi. Sebatas mata memandang ke laut lepas, wisatawan juga dapat menikmati keindahan Pulau Liukang dan Pulau Kambing.

Lokasi

Terletak di ujung selatan Pulau Sulawesi, tepatnya berada di Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Akses

Pantai Tanjung Bira berjarak kurang lebih 40 Kilometer dari Bulukumba, atau sekitar 200 Kilometer dari Makassar. Perjalanan dari Makassar ke Bulukumba dapat ditempuh dengan transportasi umum seperti mobil pribadi yang digunakan untuk angkutan umum dengan biaya sekitar Rp. 35.000,-/orang. Setelah sampai di Bulukumba, perjalanan dilanjutkan ke Pantai Tanjung Bira dengan menggunakan angkutan umum seperti mikrolet (pete-pete) dengan biaya sekitar Rp. 10.000,-/orang. Waktu yang ditempuh dari Makassar sampai ke Tanjung Bira sekitar 4 jam lamanya.

Jika Wisatawan dari Bandara Hasanuddin, dapat menggunakan transportasi umum seperti taksi langsung menuju ke Terminal Malengkeri dengan biaya sekitar Rp. 40.000,-. Sesampainya di terminal, perjalanan bisa dilanjutkan dengan menggunakan bus tujuan Bulukumba atau langsung Tanjung Bira. Di Tanjung Bira, transportasi umum hanya beroperasi sampai sore hari, jadi persiapkan waktu Anda dengan matang.

Harga Tiket

Biaya tiket masuk di kawasan Pantai Tanjung Bira sekitar Rp. 10.000,-

Fasilitas dan Akomodasi

Fasilitas serta akomodasi di Tanjung Bira sangatlah lengkap, seperti tempat persewaan perlengkapan menyelam, kamar mandi yang nyaman, persewaan motor, dan pelabuhan kapal ferry yang digunakan untuk mengantar para wisatawan yang ingin menyelam di Pulau Selayar. Untuk akomodasi penginapan tersedia villa, bungalow, dan hotel dengan tarif yang relatif murah yang didukung dengan rumah makan ataupun restoran.

Indeks istilah umum: PANTAI BIRA, tanjung bira makassar, Deskripsi pantai bira singkat, pantai birah bulukumba, tanjung bira sulsel.

Pantai Tanjung Bira
Read more
  • Published in Tempat Wisata Makassar
No Comments

Kawasan Wisata Bantimurung

Thursday, 10 January 2019 by admin

Kawasan Wisata Bantimurung

Rental Mobil Makassar

Air Terjun Bantimurung | Foto: Indra Pradana.

Bantimurung adalah primadona wisata alam Sulawesi Selatan. Sebagai objek wisata andalan, Bantimurung menyodorkan beragam atraksi wisata menarik. Air terjun yang mengalir deras, aliran sungai dengan tepian berbatu yang diapit kokohnya tebing terjal, serta sejuknya hawa menjadi suguhan yang mengundang banyak pengunjung. Bantimurung pun dikenal hingga ke mancanegara sebagai “The Kingdom of Butterfly”. Sebuah julukan yang diberikan karena keanekaragaman dan kelimpahan kupu-kupunya ini pulalah yang mendasari Taman Nasional (TN) Bantimurung Bulusaraung mengembangkan penangkaran kupu-kupu yang diusung dalam konsep Taman Kupu-kupu. Selain untuk kepentingan konservasi jenis, Taman Kupu-kupu ini berfungsi sebagai wahana pendidikan konservasi bagi masyarakat umum.

Atraksi Kupu-kupu | Foto: Saiful Bachri.

Beragam aktivitas dapat dilakukan di kawasan wisata Bantimurung. Kesegaran air terjun mengundang para pengunjung untuk berwisata tirta. Atraksi kupu-kupu beterbangan beraneka warna menambah semaraknya suasana. Keindahan panorama ini pun dapat dinikmati dari atas ketika kita melayang menggunakan flying fox. Pengunjung pun dapat penyusuri keindahan aliran sungai hingga ke hulunya, di danau Kassi Kebo. Danau ini dikelilingi oleh tebing terjal dan dihiasi hamparan pasir putih di tepiannya. Danau ini lah yang menjadi habitat utama kupu-kupu Bantimurung. Di dekat danau terdapat Gua Batu yang menyajikan juntaian stalagtit dan tonjolan stalagmit serta keindahan ornamen gua lainnya. Di sisi sungai lainnya terdapat pula Gua Mimpi dengan ornamen yang tak kalah indahnya.

Gua Mimpi | Foto: Gary K. Smith.

Pemerintah daerah Kabupaten Maros dan Balai TN. Bantimurung Bulusaraung mengembangkan berbagai sarana dan prasarana wisata. Di sekitar air terjun terdapat beberapa Gazebo sebagai tempat wisatawan beristirahat. Tak hanya itu, mushola, toko souvenir, kolam renang anak, baruga pertemuan, toilet, area parkir, dan penginapan pun telah tersedia untuk mendukung kenyamanan berwisata.

 

 

Taman Kupu-kupu | Foto: Kamajaya Shagir.

Lokasi Kawasan Wisata Bantimurung sangat strategis bisa dijangkau dari berbagai jurusan dan dilintasi oleh jalan lintas Kabupaten Maros-Bone menjadikan lokasi ini semakin menarik untuk dikunjungi. Objek wisata ini tak jauh dari Ibu Kota Provinsi. Dari Makassar hanya berjarak ± 42 km dan dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin pun hanya berjarak ± 24 km dan dapat ditempuh dalam waktu ± 1 jam dengan menggunakan kendaraan roda empat

 

Kawasan Wisata Bantimurung
Read more
  • Published in Tempat Wisata Makassar
No Comments

Pantai Akkarena

Thursday, 10 January 2019 by admin

Pantai Akkarena Makassar, Indonesia

 Rental Mobil Makassar

Introduksi

Terletak di daerah sekitaran pantai kota Makassar, lebih tepatnya di depan Mall GTC Makassar, hanya sekitar 10 menit dari pusat kota dengan menggunakan kendaraan pribadi.

Pantai Akkarena merupakan pantai berpasir hitam yang mempesona, menjadikan pantai ini sebagai pilihan yang tepat untuk rekreasi bersama keluarga. Pantai Akkarena menawarkan berbagai sarana untuk bersantai, bermain serta berolahraga bagi seluruh keluarga.

Pantai Akkarena tidak hanya menawarkan keindahan pantai, namun Pantai Akkarena juga menawarkan berbagai fasilitas, antara lain sarana bermain, restoran serta taman.

Taman ini di sebut Akkarena Tanjung Bunga,yang dibangun di area seluas 12 hektar dan biasa buka pada pukul 07.00 sampai 12 malam. Di taman ini menyajikan aneka makanan dan minuman lokal maupun internasional, Akkarena Tanjung Bunga dilengkapi dengan hiburan live musik.

Dengan tarif sebesar Rp 5000 untuk masuk dan Rp 2000 untuk parkir mobil sedangkan untuk tarif parkir motor yaitu Rp. 1000, pengunjung dapat menikmati berbagai aktifitas olahraga air maupun aneka permainan seperti banana boat, jet sky, sampai dengan permainan yang memacu adrenalin yaitu ATV disamping menikmati angin sepoi-sepoi serta keindahan pantai Akkarena.

Pantai Akkareana juga dilengkapi dengan berbagai arena bermain untuk anak-anak seperti jungkat-jungkit, ayunan maupun papan luncur. Pantai Akkarena merupakan tempat wisata yang lengkap, nyaman dan aman bagi Anda sekeluar.

Pantai Akkarena
Read more
  • Published in Tempat Wisata Makassar
No Comments

Puncak Pua Janggo

Thursday, 10 January 2019 by admin

Puncak Pua Janggo, Spot Selfie Favorit di Bira

Rental Mobil Makassar

Rental Mobil Makassar

Puncak Pua Janggo di Tanjung Bira, Kabupaten Bulukumba, Sulsel

JIKA Anda berwisata di Kawasan Pantai Tanjung Bira, Kabupaten Bulukumba, rasanya tak sempurna jika Anda belum menyambangi salah satu spot terbaik berfoto selfie ria di Puncak Pua Janggo.

Tempat ini memang belum familiar di kalangan pelancong atau wisatawan lokal, apalagi pengunjung dari luar Bulukumba. Padahal, Puncak Pua Janggo masih berada di kawasan Bira dan tak jauh dari Pelabuhan Bira.

Puncak Pua Janggo adalah puncak dataran tertinggi di Tanjung Bira yang mulai populer pada pertengahan Tahun 2016. Tempat ini pun jadi salah satu tempat selfie terfavorit di kawasan Wisata Tanjung Bira.

Berada di puncak, Anda bisa menyaksikan seluruh daratan dan garis Pantai Tanjung Bira. Anda bebas memilih latar foto selfie yang menyajikan panorama keindahan alam di Tanjung Bira.

Pelabuhan Bira dan kapal Pinisi yang berlabuh bisa jadi salah satu latar foto landskap saat berselfie. Pulau Kambing dan penampakan Kabupaten Kepulauan Selayar dari kejauhan terlihat jelas dari puncak ini.

Dari puncak, terbentang lautan lepas dimana di sisi timur mengarah ke Teluk Bone dan bagian selatan mengarah Selat Makassar
Tiupan angin barat dan timur jadi penyejuk saat berada di Puncak Pua Janggo. Apalagi, terdapat beberapa pohon rindang di lokasi ini.

Di Puncak Pua Janggo terdapat spot selfie yang sengaja dibuat pemerintah setempat yang telah dipagari dengan lantainy disemen. Ukurannya berdiameter sekitar dua meter.

Belum ada fasilitas pendukung lainnya di obyek wisata puncak di Bira ini. Hanya ada bangunan kayu mirip baruga berukuran kecil tetapi kondisinya sudah rusak. Selain itu terdapat satu bangunan lagi yang kadang dijadikan tempat ritual kepercayaan warga setempat.

Rencananya, puncak ini jadi salah satu titik wisata di Bira yang akan dipoles dan ditambah fasilitasnya.
Bahkan, dinas pariwisata setempat mempertimbangkan untuk membuat wahana flying fox menuju bibir Pantai Bira.

Sebelum gerbang  pantai Bira
Lokasi Puncak Pua Janggo bejarak sekitar 2 kilometer dari Pantai Bira. Untuk mencapainya bisa menggunakan kendaraan roda dua dan empat. Biaya masuk lokasi ini dikenakan biaya retribusi Rp 10 ribu per orang.

Jalan masuk ke Puncak Pua Janggo berada sebelum pos gerbang masuk Pantai Bira. Jika dari arah kota Bulukumba menuju pos gerbang masuk Pantai Bira terdapat belokan jalan yang menuju Puncak Pua Janggo.

Kondisi medan jalan belum sutuhnya mulus, karena itu pastikan kondisi kendaraan Anda cukup baik untuk melalui jalan mendaki di atas jalan pengerasan.

“Selain Pantai Ujung Selatan Bira di titik Nol Kilometer, Puncak Pua Janggo ini juga bakal menjadi pesaing baru wisata Pantai Bira di masa mendatang. Kedua objek ini akan kami kelola,” kata Kepala Dinas Pariwisata Bulukumba Muh Ali Saleng.

Untuk memoles titik potensi wisata baru di kawasan Tanjung Bira itu, pemerintah setempat mendapat suntikan dana dari pemerintah pusat sebesar Rp 1 miliar.

Sejarah Pua Janggo
Penamaan Puncak Pua Janggo (Puncak Bira) memiliki nilai historis di Bira. Olehnya, terdapat sarana ritual warga di puncak tersebut. Puncak ini disebut oleh warga Bira sebagai tempat yang sering digunakan istirahat oleh Pua Janggo dalam menyiarkan Agama Islam.

Siapa Pua Janggo? Pua Janggo adalah sebutan terhadap seorang ulama penyiar Agama Islam di kawasan Bira di zaman dulu. Pua Janggo adalah ulama penerus ajaran Islam di Bulukumba setelah Dato Tiro.

Meski terdapat semacam kuburan di puncak ini, tetapi itu bukan makam Pua Janggo. Makam Pua Janggo terletak di dekat Kantor Desa Bira, Kecamatan Bontobahari.(*)

Sumber : http://makassar.tribunnews.com

Puncak Pua Janggo
Read more
  • Published in Tempat Wisata Makassar
No Comments

PANTAI APPARALANG

Wednesday, 09 January 2019 by admin

PANTAI APPARALANG, SURGA TERSEMBUNYI DI BULUKUMBA

Rental Mobil Makassar

Pulau Sulawesi juga memiliki surga yang tersembunyi yaitu Pantai Apparalang. Pantai ini disebut-sebut memiliki kemiripan dengan Raja Ampat Papua yang memang sudah tersohor itu, tak heran banyak yang menyebut bahwa Pantai Apparalang merupakan Raja Ampat-nya Bulukumba. Bulukumba memang dikenal sebagai destinasi wisata Pantai yang indah, seperti Pantai Bara, Tanjung Bira, dan Pantai Apparalang. Pantai-pantai di Bulukumba adalah tempat wisata favorit di Sulawesi, dan sangat terkenal akan keindahannya yang mempesona.

Tebing dan Karang di Pantai Apparalang

Pantai Apparalang

Pantai Apparalang terletak di Desa Ara, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Pantai Apparalang ini memiliki panorama pantai yang sangat indah dengan tebing-tebing yang curam dan batuan karang, sehingga dijuluki Raja Ampat versi Bulukumba. Udara yang sejuk dan suasana yang tenang membuat Anda serasa di pantai pribadi karena memang Pantai Apparalang ini tak seramai dan sepopuler Tanjung Bira, namun hal itulah yang biasanya dicari para wisatawan yang menginginkan ketenangan saat berlibur maupun menginginkan berwisata di tempat yang tak mainstream.

Di pantai ini, Anda dapat melihat keindahan pantai di atas tebing sambil menikmati sejuknya angin yang berhembus. Anda pun bisa melihat deburan ombak yang menghantam karang dan tebing atau merasakan jernihnya air pantai dengan turun langsung ke bawah tebing menggunakan anak tangga dari kayu yang sudah disediakan. Biasanya di sini juga sering dijadikan tempat memancing bagi penduduk lokal. Namun perlu diingat, jangan membuang sampah sembarangan dan tetap jaga kebersihan serta kelestarian lingkungan dimanapun Anda berlibur.

Air Pantai Apparalang yang jernih
Anda dapat turun ke bawah menggunakan anak tangga yang sudah disediakan

CARA MENUJU KE PANTAI APPARALANG

Karena lokasi Pantai Apparalang berdekatan dengan Pantai Tanjung Bira, maka akses menuju ke Pantai Apparalang sama dengan jalur atau rute ke Pantai Tanjung Bira yang pernah saya ulas sebelumnya. Akses ke Pantai Apparalang masih satu jalur dengan Tanjung Bira, kurang lebih 30 menit perjalanan dari Tanjung Bira.

Jika masih bingung, kurang lebih 5 km sebelum memasuki Tanjung Bira, Anda akan menjumpai pertigaan jalan menuju ke SMKN 6 Perkapalan Bulukumba. Di pertigaan tersebut belok kiri lalu Anda akan melewati SMKN 6 Perkapalan Bulukumba, setelah itu Anda akan menjumpai Gerbang Pantai Apparalang. Setelah memasuki gerbang, Anda akan menjumpai lahan parkir yang luas.

Sebenarnya jarak Pantai Tanjung Bira dan Pantai Apparalang tak terlalu jauh, namun akses jalannya yang masih sulit. Perjalanan menuju ke Pantai Apparalang lebih baik ditempuh menggunakan motor (ada banyak rental motor di Tanjung Bira) ataupun menggunakan mobil SUV yang tangguh karena kontur jalan yang curam, berbatu, dan berlubang.

TIPS

Di Pantai Apparalang, Anda tak akan menjumpai penginapan, warung atau kios penjual makanan. Tetapi, ada beberapa warga sekitar yang berjualan makanan dan minuman namun saat momen-momen tertentu saja seperti akhir pekan dan musim liburan saat ramai oleh wisatawan saja. Jadi, alangkah baiknya jika Anda membawa sendiri bekal makanan dan minuman.

PANTAI APPARALANG
Read more
  • Published in Tempat Wisata Makassar
No Comments

Wisata Budaya adat kawasan Ammatoa

Monday, 29 January 2018 by admin

Wisata Budaya adat kawasan Ammatoa Bulukumba, Sulsel.

Rental Mobil Makassar Murah

Rental Mobil Makassar

WIsata Adat Kajang Ammatoa

Salah satu destinasi wisata adat Di Sulawesi Selatan, Khususnya Bulukumba adalah Ammatoa, terletak Kecamatan kajang Kabupaten Bulukumba. Masyarakat kajang Ammatoa merupakan salah satu suku tertua yang sangat terkenal Di Sulawesi Selatan. Budaya dan kehidupan sosial masyarakat Ammatoa yang Unik menjadi daya tarik tersendiri bagi para Wisatawan Local maupun mancanegara.

Kawasan adat masyarakat Kajang berada dalam wilayah administrasi desa Tanah Tao yang berjarak 56 km dari kota Bulukumba. Tana Toa Lahir karena ketidak teraturan yang terjadi dimasa lampau, dimana kehidupan didunia termasuk kehidupan manusia pada waktu itu masih dalam keadaan liar. Keadaan ini mendorong sejumlah manusia untuk membentuk sebuah kelompok dengan segala aturan didalamnya yang sampai saat ini masih dipegang teguh dan dilestarikan oleh masyarakatnya.

Saat ini Kajang Ammatoa dipimpin oleh AmmaToa yang ke-22 yang bertanggung jawab melestarikan dan menjadi agar adat dan tradisi bisa berjalan selaras dengan alam sekitar.

Berikut beberap ciri khas yang melekat pada masyarakat Kajang AmmaToa. :

1. Cara Berpakaian.
Salah satu ciri khas menarik yang dimiliki Masyarakat Kajang AmmaToa adalah pakaian Hitamnya, bahkan mitos berkembang dimasyrakat dengan mengidentikkan masyrakat Kajang dengan Ilmu Spiritualnya.

2. Kekayaan Alam
Suku Kajang memiliki nilai kearifan budaya yang diaplikasikan dalam pengelolaan kawasan hutan. Suku kajang membagi ke dalam tiga (3) bagian untuk pengelolaan dan pemanfaatan hutan. Pembagian kawasan ini dikenal dengan sebutan Borong Karamaka (hutan keramat) yaitu kawasan hutan yang terlarang untuk semua jenis kegiatan, terkecuali kegiatan atau acara-acara ritual.
Borong Batasayya (Hutan Perbatasan) merupakan hutan yang diperbolehkan diambil kayunya sepanjang persediaan kayu masih ada dan dengan seizin dari Ammatoa selaku pemimpin adat. Borong Luara (Hutan Rakyat) merupakan hutan yang bisa dikelola oleh masyarakat. Apabila mengacu pada peraturan kementerian pertanian mengenai klasifikasi pemanfaatan hutan, akan ditemukan konsep yang sama dengan kearifan lingkungan yang telah dijalankan suku Kajang selama bertahun-tahun.Suku Kajang memiliki nilai kearifan budaya yang diaplikasikan dalam pengelolaan kawasan hutan. Suku kajang membagi ke dalam tiga (3) bagian untuk pengelolaan dan pemanfaatan hutan. Pembagian kawasan ini dikenal dengan sebutan Borong Karamaka (hutan keramat) yaitu kawasan hutan yang terlarang untuk semua jenis kegiatan, terkecuali kegiatan atau acara-acara ritual.
Borong Batasayya (Hutan Perbatasan) merupakan hutan yang diperbolehkan diambil kayunya sepanjang persediaan kayu masih ada dan dengan seizin dari Ammatoa selaku pemimpin adat. Borong Luara (Hutan Rakyat) merupakan hutan yang bisa dikelola oleh masyarakat. Apabila mengacu pada peraturan kementerian pertanian mengenai klasifikasi pemanfaatan hutan, akan ditemukan konsep yang sama dengan kearifan lingkungan yang telah dijalankan suku Kajang selama bertahun-tahun.

3. Bahasa
Bahasa yang digunakan oleh orang Kajang sehari-hari adalah Konjo. Bahasa konjo merupakan salah satu rumpun bahasa Makassar yang berkembang tersendiri dalam suatu komunitas masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat adat Tana Toa memegang teguh pasanga ri Kajang (pesan di Kajang) yang juga adalah ajaran leluhur mereka. Isi pasanga ri Kajang yaitu:

1.tangurangi mange ri turiea arana, yang berarti senangtiasa ingat pada Tuhan Yang Berkehendak.
2. alemo sibatang, abulo sipappa, tallang sipahua, manyu siparampe, sipakatau tang sipakasiri, yang artinya memupuk persatuan dan kesatuan dengan penuh kekeluargaan dan saling memuliakan.
3.lambusu kigattang sabara ki pesona, yang artinya bertindak tegas tetapi juga sabar dan tawakkal.
4.Sallu riajoka, ammulu riadahang ammaca ere anreppe batu, alla buirurung, allabatu cideng, yang artinya harus taat pada aturan yang telah dibuat secara bersama-sama kendati harus menahan gelombang dan memecahkan batu gunung
5.Nan digaukang sikontu passuroangto mabuttayya, yang artinya melaksanakan segala aturan secara murni dan konsekuen

Kelima ajaran inilah yang menjadi pedoman masyarakat dan para pemimpin dalam kehidupan sehari-hari. Dari kelima pesan ini lahir prinsip hidup sederhana dan saling menyayangi diantara mereka. Lebih dari itu adalah bentuk kasih sayang terhadap lingkungan mereka. Implementasinya dapat kita lihat dengan adanya hukum adat yang melarang mengambil hasil hutan dan isinya secara sembarangan. Masyarakat adat Tana Toa sangat peduli terhadap lingkungannya terutama pada kelestarian hutan yang harus tetap dijaga.

4. Nilai-Nilai Tradisi Pada Rumah Tinggal Masyarakat Ammatoa Kajang
Satu falsafah hidup yang sangat sederhana namun memiliki nilai pemeliharaan lingkungan adalah pemilihan tipe bangunan. Masyarakat Suku Kajang memilih tinggal dalam rumah panggung dibanding harus membangun rumah dari batu bata.
Menurut masyarakat suku Kajang, walaupun penghuni rumah yang tinggal di rumah (terbuat dari batu bata) masih hidup, mereka menganggap penghuni rumah tersebut sudah meninggal karena sudah dikelilingi tanah. Membangun rumah dari batu bata dianggap sebuah pantangan karena untuk membangunnya harus menggunakan kayu bakar.
Batu bata yang digunakan bahan bakunya adalah tanah setelah itu dicetak kemudian dibakar. Tahapan menghasilkan batu bata inilah yang dianggap merusak hutan. Padahal mereka sangat ketat melindungi hutan adatnya, sehingga bangunan dari batu bata menjadi pantangan bagi mereka. Jika ditinjau dari dari aspek lingkungan, kita akan temui kebenaran (rasionalitas) kepercayaan masyarakat suku Kajang dalam melestarikan hutan adat.
1. Membangun rumah dari batu bata membutuhkan tanah liat, untuk menyediakan bahan baku tanah diperoleh dengan melakukan pengerukan tanah.
2. Pembakaran batu bata membutuhkan banyak kayu bakar, yang bersumber dari hutan.
3. Menghasilkan polusi udara, akibat pembakaran batu bata
4. Limbah bangunan batu bata tidak banyak yang bisa digunakan, berbeda dengan kayu yang masih bisa didaur ulang.
Dlihat dari struktur dan konstruksi rumah tradisional Ammatoa Kajang dibedakan atas Bola Hanggang dan Bola Paleha. Bola Hanggang adalah rumah yang tiangnya ditanam kedalam tanah 100 cm dan tidak mempunyai pattoddo (balok yang menghubungkan tiang-tiang pada arah lebar bangunan bagian bawah lantai). Sementara balok yang menghubungkan deretan tiang pada arah lebar yang terletak pada bagian atas di bawah lantai para (padongko), disalah satu sisinya tidak boleh melewati tiang (rata dengan tiang tempatnya bertumpu) yakni pada sisi kanan rumah, sisi dimana terletak dapur. Sedangkan Bola Paleha adalah merupakan rumah yang tiangnya tidak ditanam tetapi berdiri diatas umpak (Kajang: Pallangga Bola) dan deretan tiang dihubungkan oleh patoddo sebagaimana konstruksi rumah tradisional Bugis-Makassar.
Letak rumah tradisional di luar kawasan adat sekalipun masih dipengaruhi sistim kekerabatan dimana anggota keluarga yang sudah berkeluarga dan merasa mampu untuk mandiri cenderung menetap disekitar rumah keluarga inti, aturan-aturan yang mengikat mengenai tata letak seperti mempertimbangkan hubungan kekerabatan antara orang tua dan anak atau antara saudara (kakak dan adik)/antara yang muda dan tua tidak lagi menjadi hal yang harus dipertimbangkan. Hal ini diakibatkan karena kondisi alam/lingkungan mereka tinggal dan tergantung dari letak/tersedianya lahan kosong yang mereka miliki.

5. Gaya Hidup
Gaya hidup dapat didefenisikan sebagai cara hidup yang diikuti oleh kelompok tertentu, melibatkan peran sosial mereka dan karakterisitik yang tercermin dalam tingkah laku yang terkait dengan perannya di tempat tersebut
Gaya hidup komunitas ammatoa adalah sederhana (kamase-masea) sebagaimana aturan-aturan yang terdapat dalam Pasang ri Kajang, yang menjadi persepsi, kognisi dan attiitudes mereka. Sehingga tingkah laku mereka pada akhirnya adalah tingkah yang sesuai dengan ajaran Pasang ri Kajang, yang mendasari gaya hidup komunitas ammatoa Kajang.
Mereka menganggap tidak perlu hidup berlebihan karena hidup berlebihan akan menimbulkan konflik-konflik diantara masyarakat yang pada akhirnya menghasilkan ketidakharmonisan dalam masyarakat tersebut. Gaya hidup sederhana ini tercermin mulai dari cara berpakaian, cara berkomunikasi, cara menyambut tamu dan sampai pada bentuk dan tatanan ruang/hunian mereka.

Setia Suku pasti memiliki keunikan masing-masing begitu halnya dengan suku Kajang AmmaToa. Dan dengan segala keunikan itulah suku itulah yang membuat Indonesia kaya akan keindahan Suku.
Jadi Buat agan-agan yang tertarik dengan kebudayaan, maka salah satu destinasi tempat wisata budaya yang saya anjurkan adalah AmmaToa, Kajang. Cintai Budaya, Lestarikan Budaya.

Wisata Budaya adat kawasan Ammatoa
Read more
  • Published in Tempat Wisata Makassar
No Comments

Blogger Angin Mammiri Rent Car

  • Find Us On Google
  • Tentang Angin Mammiri Rent Car
  • Jenis Layanan Angin Mammiri Rent Car
  • Wisata Pantai Losari Makassar
  • Wisata Kawasan Bantimurung Maros
  • Wisata Tebing Apparang Bulukumba
  • Wisata Tanjung Bira Bulukumba
  • Kontak Angin Mammiri Rent Car

Wisata SULSEL

  • Sewa Mobil Datsun Go di Tabaringan Makassar

    Sewa Mobil Datsun Go di Tabaringan Makassar Sew...
  • Sewa Mobil Pajero di Timungan Lompoa Makassar

    Sewa Mobil Pajero di Timungan Lompoa Makassar S...
  • Sewa Mobil Camry di Mamajang Luar Makassar

    Sewa Mobil Camry di Mamajang Luar Makassar Sewa...
  • Sewa Mobil Camry di Tello Baru Makassar

    Sewa Mobil Camry di Tello Baru Makassar Sewa Mo...
  • Sewa Bus Wisata 30 Seat di Tamalabba Makassar

    Sewa Bus Wisata 30 Seat di Tamalabba Makassar S...

SEGERA HUBUNGI KAMI

SILAHKAN HUBUNGI KAMI MELALUI FORM DI BAWAH INI

anginmammiri.com

© 2015 All rights reserved. Buy webgratisindo Developer.

TOP